
Kelompok KKN-T 13 Universitas Islam Raden Rahmat Malang mengadakan seminar dengan tema “Mewujudkan Lingkungan Pesantren yang Aman dan Nyaman Bersama Lawan Bullying” di Pondok Pesantren Ahbabul Falah, Tajinan, pada 13 Februari 2025. Acara yang dimulai pukul 13.00 WIB ini bertempat di musholla Pondok Pesantren Ahbabul Falah dan dihadiri oleh para pengurus pondok, anggota Kelompok KKN-T 13, serta para santri dan santriwati.
Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya bullying dan pentingnya menciptakan lingkungan pesantren yang penuh dengan rasa aman dan nyaman. Dalam sambutannya, Ustadz Zidan selaku Ketua Pondok Pesantren Ahbabul Falah memberikan apresiasi kepada mahasiswa KKN-T 13 yang telah menyelenggarakan acara ini. Ustadz Zidan berharap seminar ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi santri mengenai bullying serta langkah-langkah untuk mencegahnya di lingkungan pesantren.

Acara seminar ini diisi oleh Saudara Suci Alfiyatus Syahri, seorang ahli dalam bidang pencegahan bullying. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan berbagai jenis bullying, termasuk bullying fisik, verbal, sosial, dan cyberbullying. Selain itu, Suci juga menguraikan penyebab-penyebab bullying yang dapat dipengaruhi oleh faktor individu, seperti temperamen dan kondisi biologis, serta faktor eksternal seperti pengaruh keluarga, teman, dan lingkungan sosial.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan dampak yang ditimbulkan akibat bullying, baik bagi korban maupun pelaku. Korban bullying, katanya, dapat mengalami depresi, kecemasan, rendahnya harga diri, hingga penurunan prestasi akademik. Oleh karena itu, pencegahan bullying harus dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari individu, guru dan sekolah, orang tua, hingga masyarakat luas.
Untuk penanganannya, Suci mengingatkan pentingnya mekanisme pengaduan yang jelas, penanganan yang tepat terhadap anak yang terlibat, serta adanya kanal pengajuan dan lembaga rujukan untuk kasus-kasus bullying.
Di akhir seminar, sesi tanya jawab berlangsung dengan beberapa pertanyaan menarik dari peserta. Muhammad Iqbal, seorang santri putra, bertanya tentang definisi “julit”, sementara Laila, seorang santri putri, bertanya mengenai alasan seseorang bisa dibuli, dengan anggapan bahwa perilaku seperti mencuri atau mengadu domba bisa menjadi pemicu bullying.
Acara seminar ini ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ustadz Amin, salah satu pengurus Pondok Pesantren Ahbabul Falah. Dengan terselenggaranya seminar ini, diharapkan kesadaran tentang bahaya bullying dapat meningkat, dan lingkungan pesantren dapat menjadi lebih aman serta nyaman bagi seluruh santri.
Penulis: Farah Farihatuz
Editor: Imam Arifin